Agama

Kakan Niko Buka Workshop KKG St. Petrus di Kecamatan Satarmese

PUSARAN.CO— Kepala Kantor (Kakan) Kementerian Agama Kabupaten Manggarai, Nikolaus Nama Payon, menghadiri sekaligus secara resmi membuka Workshop Penguatan Moderasi Beragama (PMB) dan Transformasi Layanan Digital dalam Pembelajaran yang selengarakan oleh Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Katolik (KKG PAKat) St. Petrus, Kecamatan Satarmese.

Workshop yang dilaksanakan selama dua hari ini berpusat di aula SDK Paka, dengan melibatkan puluhan guru agama Katolik pada Sekolah Dasar (SD) se-Kecamatan Satarmese, Kabupaten Manggarai, NTT, Selasa (20/6/2023).

Mengawali sambutannya, Kakan menyampaikanm  Moderasi Beragama dan Transformasi Layanan Digital merupakan dua program dari tujuh program prioritas Kementerian Agama (Kemenag). Institusi Kemenag, baik pusat maupun daerah pada setiap kesempatan terus  menggaungkan Moderasi Meragama.

Niko Payon menambahlkan, tujuh program prioritas tersebut lahir dari tiga “mantra” yang menjadi program kerja Kementerian Agama di tahun 2019, yakni Moderasi Beragama, Kebersamaan Umat, dan Integrasi Data.

Moderasi Beragama itu sendiri merupakan cara pandang, sikap, dan praktik beragama seimbang. Tidak ekstem kiri atau kanan,  melainkan memberi ruang kepada semua umat beragama lain untuk tumbuh dan berkembang dalam keyakinannya.

“Moderasi beragama merujuk pada praktik mempromosikan pemahaman, toleransi, dan kerjasama antara individu atau kelompok yang berbeda agama atau keyakinan. Tujuan utamanya adalah menciptakan harmoni, mengurangi konflik, dan membangun hubungan yang saling menghormati di antara umat beragama yang berbeda,” jelas Niko Payon.

Menurutnya penguatan moderasi beragama bagi guru PAKat menjadi salah satu indikator utama sebagai upaya membangun kebudayaan dan karakter bangsa dalam konteks keIndonesiaan. Moderasi Beragama dapat dijadikan sebagai strategi kebudayaan untuk merawat Indonesia yang damai, toleran dan menghargai keragamaan.

Oleh karen itu, lanjut Kakan Niko, guru Pendidikan Katolik perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang ajaran-ajaran agama Katolik, termasuk nilai-nilai dasar dan etika. Hal ini membantu guru untuk mengajarkan agama Katolik dengan benar dan membangun pemahaman yang kuat dalam diri siswa.

“Guru perlu menekankan pentingnya menghormati kepercayaan agama lain dan tidak mempromosikan sentimen anti-agama atau intoleransi. Membangun pemahaman inklusif tentang agama-agama lain membantu siswa untuk hidup dalam masyarakat multikultural dengan damai dan saling menghormati,” tambah  Niko.

Kakan juga mengatakan, selain mengajarkan nilai-nilai agama Katolik, guru juga dapat membantu siswa mengidentifikasi dan memahami nilai-nilai universal yang ada dalam banyak agama, seperti kasih sayang, kejujuran, keadilan, dan perdamaian. Hal ini membantu memperkuat persmaan dan solidaritas antaragama.

Sementara itu, terkait program Transformasi Layanan Digital, Kakan Niko mengatakan program ini dihadirkan sebagai inovasi pemanfaatan teknologi digital untuk membawa perubahan secara signifikan di berbagai aspek pelayanan Kementerian Agama, untuk mempercepat dan memberi akses layanan kepada masyarakat serba cepat, mudah, dan juga praktis.

Dikutip dari laporan ketua, Melkior Randung menyebutkan bahwa kegiatan ini dilaksanakan sebagai pembekalan bagi guru agama Katolik untuk mengimplementasikan Moderasi Beragama pada proses pembelajaran di sekolah.

Selain itu, workshop tersebut juga digelar guna meningkatkan kompetensi guru agama Katolik dalam pemanfaatan teknologi pada proses pembelajaran di sekolah.

Hadir juga dalam kegiatan ini, Pengawas Guru Mata Pelajaran Pendidkan Agama Katolik tingkat dasar, Marianus D. Ratulangi, dan Kordik Kecamatan Satarmese. (RLS)

Related Posts

Leave Comment